Notification

×

Iklan

Iklan

contoh-banner-di-tribunpasundan-1

News Ticker

Untuk kerjasama dan iklan di TribunPasundan.com , silahkan hubungi 0857-1857-1347

Karpas Ethnique Gelar “Karpas Dyealogue” untuk Standardisasi Pewarna Alam Indonesia dan Angkat Limbah Sawit

Sabtu, 06 Desember 2025 | Desember 06, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-12-06T07:49:27Z


 

Jakarta, 06 Desember 2025 — Karpas Ethnique kembali menunjukkan komitmennya terhadap keberlanjutan dan eksplorasi kearifan alam dengan menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) “Karpas Dyealogue”. Bertempat di Hotel Ashley Wahid Hasyim, Jakarta, forum ini mempertemukan para pelaku pewarna alam, akademisi, peneliti, pemerhati budaya, dan kreator industri tekstil untuk merumuskan percakapan strategis mengenai masa depan pewarna alam Indonesia.


Acara ini dilandasi oleh filosofi kuat yang diyakini Karpas: bahwa bumi tidak pernah menciptakan sesuatu yang sia-sia, dan setiap unsur alam menyimpan potensi nilai yang menunggu untuk ditemukan.


Filosofi ini menjadi inspirasi Karpas Ethnique untuk mengeksplorasi sumber daya yang sering dianggap remeh, seperti daun kelapa sawit yang lazim dianggap limbah. Melalui riset dan proses ekstraksi, bahan baku yang awalnya dipandang tidak bernilai kini berhasil diolah menjadi sumber warna alam dengan karakter yang unik, stabil, dan bersahaja. Filosofi ini selaras dengan tagline Karpas: “Berakar di Bumi, Berkembang di Diri,” yang menekankan bahwa pewarna alam merupakan perjalanan menyelami hubungan manusia dengan bumi serta memanfaatkan sumber daya lokal untuk menciptakan ekonomi kreatif.


FGD Menghubungkan Tradisi, Riset, dan Industri

Sesi diskusi dalam Karpas Dyealogue menghadirkan pembahasan mendalam mengenai beberapa isu krusial:

  • Kebutuhan riset dan standardisasi pewarna alam.

  • Stabilitas pasokan bahan baku.

  • Penguatan posisi Indonesia dalam percakapan global.

  • Peluang kolaborasi antara industri dan akademik.

  • Strategi membawa pewarna alam ke arah produksi yang lebih bertanggung jawab.


Antusiasme tinggi dari peserta mengindikasikan bahwa pewarna alam telah bertransformasi dari sekadar tren menjadi sebuah gerakan yang menguat dalam ekosistem tekstil berkelanjutan.

Inovasi Daun Kelapa Sawit dan Earth Tone Series


Salah satu sorotan utama dalam acara ini adalah presentasi Earth Tone Series, yaitu rangkaian warna alam hasil eksplorasi ekstrak daun kelapa sawit yang diaplikasikan pada berbagai jenis material, seperti sutra, katun, rayon, organdy, dan tencel.

Karya ini menjadi bukti konkret bahwa ketika manusia membuka ruang untuk memahami nilai dari yang kerap diabaikan, sesuatu yang sederhana dapat tumbuh menjadi karya bernilai tinggi.

“Pewarna alam mengingatkan kita bahwa setiap unsur bumi menyimpan manfaat. Tugas manusia adalah menemukannya, merawatnya, dan mengolahnya menjadi kebaikan,” ujar salah satu pembicara dalam sesi FGD tersebut.


Integrasi Estetika, Sains, dan Kesadaran Ekologis

Acara ditutup dengan showcase karya warna alam hasil eksperimen Karpas. Instalasi ini merangkum perjalanan panjang pewarna alam sebagai perpaduan harmonis antara riset teknis, estetika visual, dan kesadaran ekologis sebuah identitas yang kian kuat melekat pada perjalanan Karpas Dyealogue.

Melalui FGD ini, Karpas Ethnique berharap dapat memperluas ekosistem pewarna alam, memperkuat kolaborasi lintas disiplin, membuka jalan bagi riset berkelanjutan, serta menjadikan Indonesia sebagai pusat inovasi pewarna alam yang diperhitungkan secara global. Karpas Dyealogue merupakan langkah nyata untuk memastikan bahwa nilai-nilai bumi tetap hidup, dirawat, dan dikembangkan dalam karya maupun dalam diri.***