Notification

×

Iklan

Iklan

contoh-banner-di-tribunpasundan-1

News Ticker

Untuk kerjasama dan iklan di TribunPasundan.com , silahkan hubungi 0857-1857-1347

Indonesian Gas Society Luncurkan White Paper 2025: Strategi “Gelombang Gas Berikutnya” untuk Ketahanan Energi Indonesia

Kamis, 18 September 2025 | September 18, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-09-18T02:38:45Z

 

IGS Luncurkan White Paper 2025
IGS Luncurkan White Paper 2025

TRIBUNPASUNDAN.COMJakarta – Indonesian Gas Society (IGS) meluncurkan agenda strategis bertajuk IGS White Paper 2025: “Bridging the Next Gas Wave: What will it take to unlock Indonesia’s Gas Potential? di Pullman Hotel Thamrin, Jakarta, pada Rabu (17/09/2025). Dokumen strategis ini menyajikan peta jalan berbasis data untuk memperkuat ekosistem gas nasional—mulai dari pasokan, permintaan, infrastruktur, hingga kebijakan harga—dalam rangka mendukung transisi energi rendah karbon.


“Gas akan tetap menjadi pilar penting yang berjalan berdampingan dengan energi terbarukan. Melalui forum dan White Paper 2025 ini, IGS menekankan pentingnya eksekusi: efisiensi hulu–hilir, penguatan jaringan pipa dan LNG, kepastian regulasi dan harga domestik, serta akselerasi teknologi rendah karbon,” ujar Daniel S. Purba, Advisor IGS sekaligus tuan rumah acara.


Temuan dan Rekomendasi Kunci dari White Paper 2025

Dokumen ini memuat sejumlah temuan dan rekomendasi penting, di antaranya:

  • Permintaan Konsisten: Riset dari Rystad Energy memproyeksikan konsumsi domestik akan meningkat dari 3.630 mmscfd (2025) menjadi 4.830 mmscfd (2035), didorong oleh sektor industri dan listrik. Setelah tahun 2045, konsumsi diperkirakan akan stabil di sekitar 5.700 mmscfd. Wilayah Jawa–Sumatra diproyeksikan tetap menyumbang sekitar 70% dari total permintaan nasional.

  • Keseimbangan Pasokan: Penurunan alamiah lapangan gas akan diimbangi oleh proyek-proyek besar seperti IDD, Abadi LNG, dan Andaman. Proyek-proyek ini diperkirakan akan meningkatkan produksi dari 4.970 mmscfd (2027) menjadi lebih dari 7.500 mmscfd (2032) dan berkontribusi lebih dari 50% terhadap total produksi nasional hingga tahun 2050.

  • Kapasitas Regasifikasi: Kebutuhan LNG diproyeksikan melampaui kapasitas regasifikasi nasional paling cepat pada pertengahan 2030-an. Di Jawa Barat, terminal dapat beroperasi mendekati 100% utilitas, sementara Teluk Lamong (Jawa Timur) kemungkinan belum cukup menampung kenaikan permintaan.

  • Konteks Kebijakan: Regulasi harga gas untuk sektor kelistrikan dan industri, yang diperpanjang hingga 2029, berisiko menghadapi ketidakpastian jika harga LNG internasional naik tanpa jaminan jangka panjang. Pemerintah juga mengalihkan tujuh kargo LNG pada April–Mei 2025 untuk menjaga ketahanan energi domestik. Rancangan undang-undang yang diusulkan pada Juli 2024 juga mendorong kewajiban Domestic Market Obligation (DMO) gas sebesar 60% dari produksi hulu untuk pasar domestik.

  • Infrastruktur Prioritas: Proyek pipa Dumai–Sei Mangkei (DUSEM) yang dijadwalkan beroperasi pada 2027 bertujuan menyalurkan gas Andaman ke Sumatra. Namun, koridor Belawan berpotensi mengalami bottleneck yang perlu diwaspadai.

  • Solusi Taktis: IGS merekomendasikan optimalisasi rantai pasok melalui agregasi komoditas, integrasi pipa, terminal regasifikasi, dan kapal LNG, serta pengembangan biomethane, Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS), pengangkutan CO₂, hydrogen refueling, dan blue ammonia untuk mendukung dekarbonisasi.


White Paper IGS 2025 merekomendasikan tiga langkah regulatif utama untuk mengatasi tantangan jangka pendek dan menyelaraskan tujuan ketahanan energi pemerintah:


  1. Percepatan Pembangunan Infrastruktur: Mendorong pembangunan melalui skema Public-Private Partnership (PPP) yang lebih kuat untuk menciptakan term yang bankable bagi infrastruktur pipa, penyimpanan, terminal regasifikasi, dan distribusi gas skala kecil (ssLNG).

  2. Penyelarasan Insentif Pengadaan LNG: Mendorong kolaborasi yang lebih terpadu antara importir dan pembeli LNG utama untuk meningkatkan visibilitas volume, efisiensi kontrak, dan daya saing harga.

  3. Penyederhanaan Proses Perizinan: Menetapkan tenggat waktu yang jelas dan layanan satu pintu (single-window licensing) untuk memangkas waktu pengembangan tanpa mengurangi standar keselamatan, kesehatan, dan lingkungan (K3L).


Acara peluncuran ini menampilkan Samuel Low, Partner & Head of APAC Advisory dari Rystad Energy, sebagai pembicara utama. Diskusi interaktif juga melibatkan Achmad Widjaja, Wakil Ketua Umum Bidang Advokasi & Industri ALB dari Kadin Indonesia, dengan Daniel S. Purba sebagai moderator. Acara ini terselenggara berkat dukungan dari sponsor-sponsor utama, termasuk Pertamina (Persero), PLN Energi Primer Indonesia, dan PT GTS Internasional Tbk.**


Tentang Indonesian Gas Society (IGS)

IGS adalah wadah kolaborasi bagi para pemangku kepentingan di sektor gas Indonesia. Organisasi ini berkomitmen mendorong dialog berbasis data, berbagi pengetahuan, dan memberikan rekomendasi kebijakan untuk memperkuat ketahanan energi nasional sekaligus mendukung target penurunan emisi melalui pemanfaatan gas yang efisien dan berkelanjutan.